Some Deep Insecurity Things
June 18, 2020This afternoon I decided that I'm in the mood of writing something. I don't know what, I just knew that I should open my laptop and write.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaand then I left it just like that hahaha.
Tapi sumpah kemaren tuh lagi mood nulis terus tiba-tiba ada bimbingan, yah akhirnya aku tutup lagi lah laptop ini dan tulisan ini menjadi satu diantara tulisan lainnya di draft. Dan sekarang I dont know what to write, sepertinya blog post kali ini hanya akan berisi tulisan ngalor-ngidul.
What comes to my head and I think it's a pretty nice thing to write is about insecurities. Salah satu beban menjadi manusia adalah jadi manusia yang sangat insekyur. Tapi ini bukan bahasan ngalor ngidul yang ringan sih so you may walk away now, if you think you don't want to read this post sebelum aku mulai bercerita hehe
Oke let's begin.
Growing up, sadar atau engga, baik media ataupun orang-orang disekitar, majalah, iklan, dan acara tv, semuanya secara tidak langsung memberikan sumbangsih terhadap standar kecantikan yang berlaku.
Dulu yang gue tahu, cantik itu berarti tinggi, putih, rambut hitam panjang berkilau, plus gigi rapi cemerlang. And I definitely do not fit in those criteria. Secara gak langsung hal ini membuat gue merasa worthless dan insecure. Hasilnya gue jadi ga pede sama diri sendiri.
Gue punya satu adik perempuan yang usianya gak terpaut jauh sama gue. Kita cuma beda 2 tahun. Dari kecil ada beberapa kali nyokap beliin gue dan adek baju yang sama. Tapi yang dipuji cantik sama orang-orang pasti adek gue, karena dia putih, rambutnya lurus, dan giginya rapi. Ga pernah ada yang bilang gue cantik, karena gue hitam. Satu kali, dua kali, gue pikir ya gapapa. Tapi lama-lama gue jadi kesel dan gue gamau lagi punya baju samaan kaya adek.
Dulu gue marah banget, gue sayang sama adek gue, tapi gue juga kesel. Gue kesel karena kalo sama dia gue selalu dibandingin, dan gue selalu kalah cantik. Beberapa kali sebagai bocah yang masih emosional gue marah dan gamau main sama adek gue, padahal kalo dipikir, bukan salah dia juga (maafkan aku adik, i love you so much).
That makes me hate the words 'beautiful' so much. Whatever, you can call me cool, or cute, but not beautiful. Cantik itu bikin bosen, i said back then. Padahal itu karena aku iri aja sama orang-orang yang dibilang cantik.
Hal ini membuat gue mencari justifikasi dari orang lain. Gue ingin diakui. Mungkin gue ga cantik, karenanya gue harus jadi sesuatu yang lain. Gue melampiaskan semuanya pada seni, pada fotografi, pada desain, pada hal-hal yang sekiranya bisa gue kuasai. Sesuatu yang gue bisa miliki, karena gue ga pernah bisa memiliki dan menjadi definisi "cantik".
Tapi jujur kadang gue masih merasa itu gak cukup. Gue juga ingin sesekali dibilang 'cantik'.
Turns out, gue kemudian sadar. Bukan cuma gue doang lho, yang mengalami hal ini. Banyak orang-orang diluar sana, orang-orang menurut gue cantik dan menarik, mereka juga merasa insecure. Kemudian gue berpikir ulang, lantas apa dong yang bisa menghilangkan insecure?
We worry too much about what other people think of ourselves.
Mungkin karena itu. Karena kita membiarkan pemikiran kita dan perasaan khawatir pada diri kita mengenai apa yang dipikirkan orang lain, menguasai kita. Mungkin kita insecure karena kita terlalu seeking justification from others. Mungkin kita hanya harus berdamai dengan diri sendiri? Mencoba menerima diri kita apa adanya. Instead of trying to seek justification from others, why don't we try to approve our own self? Accept ourselves completely as we are, love ourselves.
Mungkin kita harus lebih berusaha mengenal diri kita lagi, menyayangi diri kita sepenuhnya. Percaya pada kekuatan yang ada within ourselves. Then after that we can start seeing our own values. Bahwa diri kita berharga, apapun rupanya.
Anyway, aren't people prettiest when they feel good about themselves?
p.s.
I feel better now, i had slowly but sure overcome mine, now it's your turn ;)
0 comments